PKM KBM Gelar Peluncuran Zine, Andreas Budi Widyanta Sebut Merayakan Keberagaman, Merawat Kegelisahan

Peluncuran Zine ‘Kult!’ di IFI Yogyakarta merupakan rangkaian kegiatan PKM (Pengabdian Kepada Masyarakat) KBM 2025. Zine ini berisi empat belas karya mahasiswa Magister Kajian Budaya dan Media angkatan 2024. Berlangsung pada Jumat (4/7), Dr. Andreas Budi Widyanta, S.Sos., M.A hadir sebagai pembicara kegiatan tersebut.

Andreas Budi Widyanta mengungkapkan bahwa Zine KBM 2024 ini memformulasikan tatanan artistik sekaligus ekspresif. “Narasi-narasi yang sangat beragam yang secara mengejutkan memiliki aspek-aspek ekspresionis sehingga mengajak kita merenungkan kembali hidup kita dalam dimensi-dimensi yang beragam pula,” ucap laki-laki yang kerap disapa mas AB tersebut.

Mahasiswa KBM 2024 memang berlatar belakang akademis yang sangat berbeda; dari sastra, seni, komunikasi, filsafat, kajian film, psikologi dan sebagainya. Diperjumpakan dalam rumah yang sama, yakni Kajian Budaya dan Media, mereka melahirkan percakapan lintas disiplin yang kental. Ekspresi individual yang beraneka ragam itu, lalu dikemas dan dijahit untuk menjalin makna bersama, yang dimanifestasikan dalam bentuk Zine. Inilah yang disebut mas AB sebagai merayakan keberagaman.

Lebih jauh, pengajar di Kajian Budaya dan Media dan Sosiologi UGM itu menyatakan bahwa merayakan keberagaman ini menunjukkan bahwa tidak ada warna tunggal dalam hidup. Warna yang dibakukan sebagai norma dan aturan. Yang ada justru berbagai warna yang berbeda, kompleks dan berkelindan.

“Meski demikian, terdapat tone yang sama di mana teman-teman (KBM 2024) menyuarakan itu, yaitu aspek humanity, aspek keadilan, dan aspek tentang hal-hal yang sering kali kita lupakan. Dan ini diingatkan kembali bahwa sebetulnya ada hal-hal yang menarik kita cermati, dan mengejutkannya, teman-teman menampilkan sebagai narasi yang terserak di kehidupan sehari-hari,” ungkapnya saat ditemui di lingkungan IFI Yogyakarta.

Bagi mas AB, mahasiswa KBM mampu mengekspresikan sisi individualitas, tetapi didasarkan pada pondasi yang sama tersebut dalam upaya merawat kegelisahan. “Semua dari kita pasti mempunyai kegelisahan, dan itu layak kita rayakan terus-menerus. Kita tidak bisa menghidupi normalitas terus, tetapi ada aspek-aspek yang paling soliter yang barangkali menyisakan pertanyaan mendasar tentang hidup itu sendiri. Saya kira memang production of meaning dari teman-teman ini perlu dirayakan dalam PKM kali ini,” pungkas pria berkacamata tersebut.

Kontributor: Zainul Arifin 

SDG 5 (gender equality), SDG 10 (reduce inequality)

Leave A Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

*