Catatan Mahasiswa KBM Berkunjung Ke Universiti Malaya dan Universiti Sains Malaysia

Kunjungan ke Universiti Malaya & Universiti Sains Malaysia dan Kuliah Lapangan di Malaysia

 

“Tandas, yuk!” ucap sivitas akademika Kajian Budaya dan Media (KBM) Universitas Gadjah Mada (UGM) di setiap pemberhentian perjalanan kuliah lapangan pascakolonial ke beberapa kawasan wisata di Malaysia, 20 – 24 Mei 2024. Tandas adalah bahasa melayu dari toilet, diksi yang paling diingat oleh sivitas akademika KBM UGM yang mengikuti rangkaian kegiatan ini. Tiga dosen, lima mahasiswa magister, dua mahasiswa doktoral, dan empat tenaga pendidik KBM UGM mengikuti rangkaian perjalanan ini.

Penyelenggaraan kuliah lapangan tersebut bersamaan dengan studi banding dan temu-kenal (benchmarking) antara KBM UGM dengan Fakultas Akademi Pengajian Melayu (APM) Universiti Malaya (UM), Kuala Lumpur dan Program Studi Antropologi dan Sosiologi, Universiti Sains Malaysia (USM), Penang. Studi banding dan temu kenal bertujuan untuk menjalin kerja sama dalam bentuk penelitian-bersama (joint research), perkuliahan dari dosen tamu (visiting lecture), seminar dan kolokium bersama (joint-seminar and colloquium), maupun bentuk-betuk kerja sama lainnya. Bahkan, di APM Universiti Malaya, kegiatan temu-kenal menjadi satu rangkaian dengan diseminasi pengetahuan berupa seminar-bersama pascakolonial. Dalam seminar-bersama ini, Kaprodi Doktoral KBM Pak Budiawan mempresentasikan kondisi pascakolonial yang menjadikan orang-orang Maluku sebagai subaltern, sedangkan Dosen APM UM Prof. Madya Dr. Awang Azman Pawi memaparkan bagaiamana intervensi pemerintah Malaysia menjadi diskriminasi positif bagi pribumi pascakolonial Inggris. Dua mahasiswa KBM, Reni Juliani (program doktoral) dan Akhmad Jauhari (program magister), juga berkesempatan mempresentasikan penelitian mereka bersama Nasrullah, alumni KBM yang sedang melaksanakan studi doktoral di APM UM.

Selain studi banding dan temu-kenal, pertemuan KBM UGM dengan APM UM dan USM juga diikuti dengan kunjungan fasilitas kampus seperti Perpustakaan Pengajian Melayu dan Museum Etnografi Melayu di APM UM serta Museum and Art Gallery, Student Co-working Space, dan Koperasi Mahasiswa USM. Sivitas akademika KBM UGM tak henti-hentinya tenggelam dalam kekaguman tiap kali mengunjungi fasilitas kampus, terutama co-working space mahasiswa yang sekaligus menjadi rumah bagi kucing-kucing yang dipelihara di kampus. “Co-working space-nya sangat mendukung mental health mahasiswa ya,” ucap Bu Ratna Noviani, Kaprodi Magister KBM UGM, sambil mengelus kepala kucing.

Sementara itu, kuliah lapangan yang menjadi pelengkap kunjungan KBM UGM ke Malaysia menjadi sarana pengenalan jejak-jejak kolonialisme di negeri jiran tersebut. Kuliah lapangan pertama diselenggarakan bersama APM UM di Kota Melaka dengan mengunjungi jejak-jejak peninggalan kolonialisme Portugis, di antaranya Gerja Santo Palus yang dibangun pada 1521 dan Benteng A Famosa yang dibangun sejak 1511. Kuliah lapangan kedua diselenggarakan di Pulau Penang dengan mengunjungi jejak-jejak peninggalan kolonialisme Inggris di Georgetown, yakni bangungan bergaya Victoria Town Hall dan bangunan bergaya neo-klasik City Hall yang bersebelahan dengan sisi barat Selat Malaka. Selain itu, letaknya di Selat Malaka yang merupakan jalur perdagangan dan pelayaran sejak masa kolonial, membuat Pulau Penang kaya akan keberagaman budaya dan agama. Beberapa jejak keberagaman yang kami kunjungi ialah masjid tertua di Pinang, Masjid Kapitan Keling yang didirikan oleh muslim India; gereja Anglican tertua di Asia Tenggara Santo George yang merupakan peninggalan Inggris; Kuil Sri Mariamman di kawasan little India; serta Chew Jetty, kampung nelayan yang sempat menjadi kawasan pengungsian klan Jetties etnis Cina saat terjadi perang abad 18.

Tak hanya kuliah lapangan pascakolonial, sivitas akademika UGM juga mengunjungi Museum Kamera di Pulau Penang untuk menelusuri jejak-jejak teori media. Di sini, sivitas akademika KBM diizinkan untuk mencoba kamera-kamera yang digunakan pada masa peperangan sekaligus mengenang era awal reproduksi mekanik seni, seperti apa yang diucapkan oleh Walter Benjamin. Perjalanan di Pulau Pinang ini sekaligus menjadi rangkaian terakhir dari kunjungan KBM UGM ke Malaysia. “Semoga selanjutnya kita bisa kunjungan dan kuliah lapangan ke Korea ya,” tutup Elok Santi Jessica, dosen sekaligus Koordinator Jaminan Mutu KBM UGM, dengan nada bercanda .

(SDGs 4, SDGs 17)

Penulis: Asmi Nur Aisyah

Foto: Latif Nuryawan

Leave A Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

*