
Hari Selasa, 29 April 2025, menjadi hari yang sangat berkesan bagi saya. Saya mendapat kesempatan istimewa untuk menghadiri bedah buku Social Media and Politics in Southeast Asia bersama penulisnya, Prof. Merlyna Lim, yang berlangsung di Ruang Teatrikal Lantai 2 Timur GKU, Universitas Islam Indonesia. Saya sangat berterimakasih kepada Ibu Ratna Noviani yang telah memberikan saya kesempatan menghadiri acara ini, karena saya tidak hanya bisa bertemu langsung dengan Prof. Merlyna, tetapi juga belajar langsung dari pakarnya.
Dalam diskusi tersebut, Prof. Merlyna membahas bagaimana media sosial telah menjadi bagian tak terpisahkan dari dinamika politik di Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Beliau menjelaskan bahwa media sosial bukan lagi sekadar alat komunikasi, tetapi telah menjadi ruang politik yang dinamis di mana informasi, opini, dan kekuasaan saling berkelindan. Saya sangat tertarik ketika beliau mengangkat konsep “ruang politik yang dimediasi,” yakni bagaimana media digital membentuk cara kita memahami dan terlibat dalam politik.
Yang paling membekas bagi saya adalah dorongan dari beliau untuk lebih kritis terhadap cara kerja algoritma yang diam-diam memengaruhi pilihan politik kita. Saya merasa terpanggil untuk lebih memahami bagaimana kekuasaan bekerja di balik layar media digital. Diskusi yang hangat dan penuh semangat dari peserta juga membuat suasana semakin hidup. Dari acara ini, saya pulang dengan pikiran yang terbuka dan kesadaran baru: bahwa literasi digital adalah bagian penting dari perjuangan menjaga demokrasi kita hari ini.
Kontributor: Arianus Yosephus Kiko