Melirik Film sebagai Media Etnografi di AAS-in-Asia 2024

Film merupakan salah satu objek yang menjadi sorotan dalam riset-riset kajian media. Pada hari pertama perhelatan Association of Asian Studies (AAS) in Asia 2024 yang diselenggarakan di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, panel presentasi dan roundtable yang mengangkat film dalam topik penelitian selalu ramai didatangi partisipan. Beberapa di antaranya sesi panel presentasi bertajuk ‘Contemporary Screen Cultures and Practices in Southeast Asia, Un/Bounding Women Documentary Filmmaking in Contemporary Asia’, serta sesi roundtable ‘Female Film Directors and Screenwriters in Global East Asia’. Bahkan, sesi roundtable dengan topik sutradara dan penulis naskah film perempuan harus rampung melebihi waktu yang ditentukan karena antusiasme partisipan yang sangat tinggi. Dalam sesi ini, semua partisipan terpantik oleh diskusi mengenai bagaimana sutradara dan penulis film perempuan dari Hongkong menjadikan film mereka sebagai upaya merepresentasikan subjektivitas hidup mereka sekaligus upaya realisasi dan refleksi diri sebagai perempuan.

Sesi yang tak kalah menarik adalah pemutaran film etnografis berjudul ‘The Sacrifice’ yang disutradarai oleh Robert Lemelson dari University of California, Los Angeles. Film ini menarasikan kisah hidup Ketut Sudirta, orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) yang kerap kehilangan kesadaran dan melakukan tindak kekerasan. Dari potret keseharian Ketut hingga akhir hayatnya, film ini menunjukkan bagaimana masyarakat kita secara sistemik telah gagal menangani persoalan ODGJ yang sebetulnya berkaitan erat dengan kemiskinan struktural. Dalam film ini, Ketut diperlihatkan sebagai sosok ODGJ yang melek kesehatan mental, sehingga berobat dan dirawat di rumah sakit jiwa sudah menjadi bagian dalam kesehariannya. Namun, kemiskinan membuat kehidupannya di luar rumah sakit jiwa tak ubahnya tubuh kosong dan kesepian. Begitu penayangan film usai, isak tangis penonton mengiringi riuh tepuk tangan sebagai bentuk apresiasi terhadap proses etnografi sekaligus pembuatan film ini.

Sebelum The Sacrifice (2024), Robert Lamelson telah menyutradarai beberapa film dokumenter etnografis panjang dan pendek, di antaranya 40 Years of Silence (2009), Memory of My Face (2011), Ngaben (2012), dan Tajen (2016). Ia merupakan seorang antropolog dari University of California, Los Angeles, yang mendedikasikan sebagian besar perjalanan akademisnya pada isu-isu kesehatan mental. Di satu sisi, menonton The Sacrifice di AAS-in-Asia 2024 dan berbincang dengan Lamelson membuka pintu kemungkinan media riset etnografi berupa film dokumenter. Di sisi lain, The Sacrifice merupakan kajian longitudinal yang membutuhkan waktu riset panjang, sejak 2008 hingga 2023, sedangkan kultur akademik di Indonesia saat ini membuat penelitian dalam waktu panjang cukup sulit dilakukan. Oleh karena itu, AAS-in-Indonesia 2024 diharapkan menjadi langkah awal yang baik untuk membuka berbagai kerja sama dan kesempatan riset berkelanjutan di masa depan, khususnya bagi Indonesia (9 Juli 2024).

 

Penulis: Asmi Nur Aisyah

Foto: Asmi Nur Aisyah

 

Leave A Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

*