Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Kajian Budaya dan Media (KBM) 2025 telah digelar selama tiga hari mulai 4-6 Juli 2025. PKM KBM 2025 ditutup dengan pemutaran dan diskusi film bertema ‘Tubuh sebagai pergulatan identitas antara hasrat diri dan norma sosial’ pada Minggu, 6 Juli 2025. Terdapat tiga film yang diputar pada rangkaian acara screening dan diskusi yang digelar KBM UGM ini di antaranya Jemari yang Menari di Atas Luka-luka; Ride to Nowhere; dan Pink, Blue, and Black.
Diskusi terakhir ini dimoderatori Dr. Wulan Tri Astuti, S.S., M.A selaku Alumni KBM UGM, dipadukan dengan François Dabin selaku Direktur IFI Yogyakarta dan Dr. Rivi Handayani, Alumni KBM UGM, sebagai pembicara. Program screening dan diskusi berlangsung dengan sangat hangat, bahkan menjadi ruang aman bagi penonton yang memiliki pergolakan batin yang sama seperti tema utama pemutaran terakhir ini.
Ketiga film yang diputar pada sesi terakhir ini membuka lebar-lebar mata penonton bahwa norma sosial sangat mempengaruhi bagaimana identitas individu dibentuk, bahkan bagi beberapa orang menjadi sangat represif, karena tidak diberi kesempatan untuk bebas memilih identitasnya sendiri yang utuh.
Para pembicara menilai ketiga film sangat krusial untuk dibahas, karena isu tersebut menjadi isu yang masih tabu untuk ada dan hadir di tengah norma sosial. Rivi dan François memiliki pandangan yang sangat tajam terhadap isu yang ada dalam ketiga film tersebut.
Françoisturut menyampaikan bahwa kekerasan berbasis gender tidak hanya ditemukan di Indonesia atau negara-negara berkembang, bahkan di negara maju seperti Prancis, masih sangat mudah menemukan kasus kekerasan berbasis gender. Kedua pembicara sepakat bahwa setiap individu memiliki hak yang setara untuk dihormati keputusannya tanpa ada kekerasan atau represi yang mengancam kebebasan berekspresi.
Kontributor: Nopsi Marga
SDG 5 (gender equality), SDG 10 (Reduce inequality), SDG 17 (Partnership for the goals)
