“De-imperialisasi progresif” adalah proses bertahap dalam membongkar warisan dan pengaruh imperialisme di berbagai wilayah, khususnya di Asia. Literatur orientalis dan pandangan kolonial sering menggambarkan Asia sebagai tanah penemuan yang mendalam. Pencarian spiritual dipandang sebagai sesuatu yang mistis, eksotis, unik, dengan perjalanan yang mencari kebijaksanaan esoterik secara lahiriah dan realisasi diri secara batiniah. Asia sering didefinisikan sebagai tempat penemuan yang sulit dipahami dan eksotis, penuh dengan gagasan esensialis dan problematis bahwa meninggalkan dunia akan membawa pada kenyataan sejati di luar pengalaman. Perjalanan Swami Sivananda dari Malaya ke Himalaya adalah salah satu fenomena yang dapat menjelaskan konsep ini. Dia mengeksplorasi ketegangan antara pandangan eksotis tentang Asia dan interpretasi baru tentang konektivitas Asia yang menantang mitos Orientalis. Selain itu, perkembangan yoga sebagai kesehatan publik baru dengan sentuhan Asia adalah fenomena lain yang menggambarkan konsep ini. Ini adalah topik yang dibawa oleh pembicara pertama dari salah satu diskusi panel dalam forum AAS-in-ASIA (11 Juli 2024).
Setelah membahas tentang yoga, pembicara kedua dari panel ini menjelaskan penelitian mereka yang berjudul “Tentang Pisang dan Mineral: Pertimbangan Pengembangan Strategis dalam Hubungan Filipina – Tiongkok”. Penelitian ini menggambarkan dinamika antara global dan lokal dalam sektor perdagangan tertentu yang mempengaruhi nada hubungan luar negeri antara Filipina dan Tiongkok, dijelaskan melalui sektor pisang dan pertambangan.
Akhirnya, pembicara terakhir dari panel ini mempresentasikan tentang masalah paspor palsu tapi asli di antara pekerja migran Indonesia, terkait dengan kebijakan anti-korupsi dan tata kelola yang baik secara global. Ada beberapa keterikatan: antara praktik terbaik internasional untuk keamanan dan tata kelola paspor yang satu ukuran untuk semua, gagal memperhitungkan praktik lokal yang beragam; antara agen perekrutan tenaga kerja dan pemerintah (legislasi dan jaringan); antara berbagai agen perekrutan dan lokasi migrasi yang berbeda.
Apa yang dapat kita simpulkan dari ketiga pembicara dalam diskusi panel ini adalah bahwa Asia memainkan peran penting di panggung global. Untuk membangun dan mengembangkan konektivitas Asia, penting untuk memperhatikan tidak hanya budaya, tetapi juga cara perdagangan dan kebijakan tata kelola yang baik. Selain itu, mencoba beralih dari aktivitas biasa ke aktivitas yang lebih berkembang juga penting untuk dipertimbangkan sebagai tujuan masa depan.
Penulis Kontributor: Anggraeni Pranandari (Dosen FEB)
Foto: Panitia AAS-in-Asia
SDG 11 (Sustainable cities and communities)