Dalam rangka Hibah Penelitian Sekolah Pascasarjana UGM tahun 2024, Program Studi Kajian Budaya dan Media melakukan penelitian lapangan yang bertema tentang perubahan pergaulan dalam era digital pada LSM dan komunitas queer di Yogyakarta khususnya pada kelompok masyarakat gay, dan transpuan serta ODHA. Penelitian ini diketuai oleh Prof. Faruk, H.T., dengan anggota Dr.Suzie Handajani, M.A. , Prof. Partini, S.U dan Arif Zuhdi W. S.Sn., M.A. Penelitian lapangan dilaksanakan pada tiga Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) di Yogyakarta yang berfokus pada sosialisasi dan pencegahan HIV AIDS serta pemberdayaan komunitas LGBTQ+ di Yogyakarta; antara lain Yayasan Vesta Indonesia, Yayasan Victory Plus dan Yayasan Kebaya Yogyakarta yang dilaksanakan pada bulan Oktober 2024. Selain itu penelitian ini juga melibatkan teman-teman transpuan dari Yayasan Seruni, Ikatan Waria Yogyakarta (IWAYO), Waria Crisis Centre (WCC) hingga teman-teman transpuan dari Pondok Pesantren Waria Al-Fatah. Dewasa ini penggunaan platform digital telah merambah berbagai kalangan dalam masyarakat di Indonesia, tidak terkecuali pada komunitas queer di Yogyakarta. Hal ini dapat terjadi karena ruang-ruang publik fisik tempat dulunya komunitas queer di Yogyakarta berkumpul, seperti Malioboro, stasiun kereta api, terminal, alun-alun, café-café dan beberapa angkringan sekarang kehadirannya kini sudah banyak yang “ditertibkan” oleh pemerintah. Melalui penggunaan platform digital berjejaring, komunitas queer di Yogyakarta dapat lebih leluasa mengekspresikan identitas, mendapatkan akses pada layanan kesehatan, kegiatan kerohanian hingga mendapatkan uang untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Komunitas queer di Yogyakarta yang semakin terkoneksi dalam aktivitas pergaulannya merupakan contoh dari apa yang disebut Manuel Castells (2010) sebagai masyarakat berjejaring. Pergaulan komunitas queer di Yogyakarta yang dijalankan secara partisipatif dan kolaboratif oleh LSM dan organisasi queer membentuk sosialitas berjejaring diantara queer di Yogyakarta tanpa menghilangkan aktivitas dan pertemuan fisik di tengah ketidakaadilan yang masih saja dialami oleh kelompok masyarakat queer di Yogyakarta.
Kontributor: Arif Zuhdi W.
SGD 5 (Gender Equality)