Selama ini, kita sering mendengar istilah ‘dekolonisasi’, ‘poskolonial’, ‘dekolonial’ untuk merujuk pada gerakan melawan kolonialisme dan beragam bentuk dehumanisasi serta pemikiran yang berbasis Eurocentric. Namun Walter D. Mignolo, seorang filsuf asal Argentina menegaskan bahwa istilah decoloniality memang merujuk pada pengertian dan pemahaman yang berbeda dengan decolonisation. Istilah decolonisation lebih merujuk pada gerakan yang dilakukan oleh bangsa Asia, Afrika dan Amerika Selatan untuk merebut kembali kontrol atas negaranya dari kolonial Barat pada paruh kedua abad 20. Sementara decoloniality atau dekolonialitas merupakan upaya untuk memahami jalinan relasi antara kondisi-kondisi kolonial dan dimapankannya logika modernitas Barat sebagai konsekuensi kolonialisme pada wilayah-wilayah lain di muka bumi.
Dekolonialisasi, oleh karena itu, lebih merupakan proyek epistemologis daripada proyek politik, yang merujuk pada proyek yang bertujuan untuk menggeser geografi pengetahuan (shifting geography of knowledge) yang selama ini cenderung bias Barat, khususnya Anglo-Amerika. Dalam dunia akademik, kajian dekolonial menjadi satu kajian akademik yang penting untuk memahami secara kritis bahwa moda
produksi pengetahuan dalam kondisi pascakolonial tidak bersifat universal dan tercerabut dari lokasi maupun sejarah.
Mari ikuti workshopnya pada
Kamis, 11 Agustus 2022 (09.00-17.15 WIB)
Jumat, 12 Agustus 2022 (09.00-14.30 WIB)
di Ruang Sidang A, Lt. 5
Gedung Sekolah Pascasarjana UGM
KUOTA TERBATAS
Pendaftaran (https://bit.ly/pendaftarandekolonial)